TERAS7.COM – Puluhan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Penyuluh Pertanian dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kabupaten Banjar mengikuti pelatihan hidroponik di Aula Dinas TPH beberapa waktu yang lalu.
Nefo Djumantoro dan Ferly Hokky, penggiat usaha tani hidroponik asal Banjarbaru diundang secara khusus oleh seksi Pengembangan Teknologi Dinas TPH untuk menjadi narasumber dalam kegiatan ini.
Kepala Dinas TPH Kabupaten Banjar, Muhammad Fachry meminta agar peserta kegiatan dapat menyebarluaskan teknologi usaha tani hidroponik ini kepada petani dan penggiat pertanian sehingga dapat meningkatkan produksi sayuran di Kabupaten Banjar.
“Minimal kita bisa memproduksi sayur-saturan berskala rumah tangga. Kalau bisa dengan hidroponik ini produksinya bisa berskala ekonomis hingga dapat di pasok ke pasar-pasar modern. Ini juga bisa menjadi tambahan usaha karena budidaya secara hidroponik ini tidak memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Asal ada tempat dengan matahari yang cukup, maka usaha budidaya ini bisa berkembang dengan baik,” ungkap Muhammad Fachry.
Tidak hanya teori pertanian hidroponik, seluruh peserta juga diajarkan secara langsung cara menyemai, cara membuat larutan nutrisi dan diperkenalkan jenis jenis sistem hidroponik.
Nefo Djumantoro dalam pemaparannya menjelaskan dasar-dasar bercocok tanam secara hidroponik yaitu dengan meletakkan akar tanaman kedalam air yang mengandung nutrisi untuk mendukung perkembangan tanaman.
“Bahan untuk nutrisinya adalah bahan kimia anorganik yang bersifat elektrolit, dimana nutrisi apabila ditambahkan air akan menjadi kation positif dan anion negatif,“ jelasnya.
Ia menerangkan ada kelebihan dan kekurangan dalam budidaya tanaman dengan sistem hidroponik terdapat kelebihan dan kekurangan.
“Kelebihannya kita tidak memerlukan tanah dan lahan yang luas, perkembangan akar tanaman dapat dipantau dan lebih bersih. Selain itu hemat pula dalam penggunaan pupuk dan tidak memerlukan penyiram setiap hari. Sedikit sekali kemungkinan terkena kotoran dan penyakit bakteri serta memperkecil resiko serangan hama dan penyakit tanaman. Terakhir tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak,” urai Nefo Djumantoro.
“Sedangkan kekurangannya tanaman dapat gagal tumbuh jika sistem mengalami kegagalan, pembuatan media tumbuhnya lebih rumit dan investasi awal sebagai biaya produksi lebih tinggi,“ lanjutnya.
Sementara itu dalam praktek di lapangan yang dimentori oleh Ferly Hokky, peserta diperkenalkan dengan modul hidroponik dengan sistem DFT (Deep Flow technique), yang mana akar tanaman terendam dalam larutan nutrisi yang berada didalam rangkaian modul dari PVC yang dibuat berjajar dengan naungan plastik UV.
“Jenis tanaman yang sering ditanam secara hidroponik adalah pak choy, sawi, brokoli, selada, lamb lettuce, kangkung, bayam, okra, kale, mint, rosemary dan berbagai sayuran lainnya,” kata Ferly Hokki.
Ia mengungkapkan prospek usaha hidroponik sangat bagus karena sampai saat ini setiap harinya pasokan sayuran hidroponik masih kurang.
“Hal ini terlihat dari kebutuhan dan pesanan transaksi yang terlihat di grup komunitas hidroponik banjarbaru, masih banyak peluang bagi bapak ibu yang berminat untuk budidaya sayuran secara hidroponik,” pungkasnya.