TERAS7.COM – Pasca terjadi kenaikan signifikan terhadap jumlah kebutuhan oksigen di RS yang mencapai 2 hingga 3 kali lipat pada minggu lalu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) segera mengambil langkah cepat dalam upaya memenuhi kebutuhan oksigen khususnya untuk pasien Covid-19.
Salah satu RS rujukan Covid-19 di Kalsel yang mengalami lonjakan kebutuhan oksigen yaitu RSUD Ulin Banjarmasin.
Kendati, melalui kerja sama pemerintah luar negeri, RS itu kini telah menerima pasokan oksigen likuid sebanyak 20 ton yang merupakan hibah Pemerintah Singapura untuk Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang bertepatan sedang melakukan monitoring evaluasi penanganan Covid-19 di Kalsel, turut menyaksikan proses pemindahan oksigen likuid dari isotank ke tabung oksigen berukuran besar yang ada di RSUD Ulin Banjarmasin.
“Alhamdulillah bantuan oksigen dari Singapura sudah datang. Jadi ini real bukan janji. Nanti setelah itu, isotank-nya bisa digunakan untuk oksigen dari sumber yang lain dan sumber yang lain sudah ada nanti siap untuk diisi,” tuturnya kepada para awak media.
Muhadjir berharap bantuan dari Pemerintah Singapura dapat menambah pasokan oksigen Kalsel yang saat ini diketahui masih kurang 12 ton perhari.
Meskipun, ia optimistis peningkatan kapasitas produksi industri lokal mampu memenuhi kebutuhan oksigen di dalam negeri.
Sebagai contoh, PT Samator Gas Industri yang berlokasi di Jl. A. Yani KM 23, Banjarmasin telah 100 persen mengalihkan produksi oksigen untuk keperluan kesehatan terutama penanganan pasien Covid-19. Bahkan, tidak hanya di RS tetapi juga untuk masyarakat yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Menurut laporan, gua memenuhi kebutuhan oksigen untuk Kalsel juga dilakukan kerja sama dengan provinsi lain. Semisal dari Kalimantan Tengah (Kalteng) ataupun ada dari Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
“Mudah-mudahan di Kalsel ini tidak terjadi kenaikan (kasus Covid-19) yang eksponensial sehingga ketersediaan oksigen yang ada sekarang ini bisa tercukupi. Pak Gubernur juga sudah mengirim kapal angkut untuk isotank ke Konawe untuk mengambil oksigen dari sana, namun memang butuh beberapa hari,” jelas Menko PMK.
Terkait oksigen di puskesmas, Muhadjir menambahkan bahwa kebutuhan oksigen yang terjadi di tingkat bawah juga sangat tinggi.
Sebagai indikator, banyak angka kematian justru disebabkan mereka yang melakukan isoman di rumah kemudian datang ke RS sudah dalam kondisi parah atau umumnya sesak nafas.
“Angka kematian dari yang isolasi mandiri datang ke RS juga masih tinggi di sini. Belajar dari Jawa, tadi saya minta oksigen kecil yang ukuran 6 m3 harus didistribusikan ke level yang paling bawah yaitu pada tingkat Puskesmas,” cetusnya.
Ia pun menyatakan setiap puskesmas harus tersedia tabung oksigen yang dapat digunakan untuk pasien isoman yang membutuhkan tindak lanjut karena mengalami sesak nafas.
Sehingga demikian, penanganan bisa lebih cepat tanpa harus langsung ke RS.
Muhadjir mengimbau kepada perusahaan-perusahaan yang mempunyai cadangan tabung oksigen agar dipinjamkan dahulu kepada produsen ataupun vendor lain.
Tujuannya tidak lain agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan di tingkat bawah.
“Saya juga sangat mengapresiasi usaha dari Pemprov Kalsel yang juga menangani Kalteng karena telah berusaha memenuhi kebutuhan oksigen dan termasuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus Covid-19,” tandas Menko PMK.