TERAS7.COM – Pantai Batakan yang terletak di Desa Batakan, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut menjadi salah satu destinasi favorit masyarakat Kalsel ketika berlibur sebelum munculnya pantai baru di pesisir timur Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Tanah Bumbu
Pantai yang sempat menjadi primadona wisata bersama pantai Takisung ini memiliki pantai dengan pasir hitam dan diteduhi pepohonan cemara.
Keberadaan puluhan kuda yang disewakan pada para pengunjung yang ingin mencoba berkuda pun menambah eksotis wisata pantai ini.
Sayangnya ketika Teras7.com berkunjung pada beberapa waktu yang lalu, pantai Batakan tidak seperti dahulu.
Pantainya yang dulu ramai, kini agak sunyi dan penuh dengan sampah plastik dan batang kayu di sepanjang pantai mengesankan pantai ini seperti tidak terawat, bahkan tak ada lagi kuda-kuda yang disewakan pada pengunjung.
Bahkan ada pengalaman tak mengenakkan terjadi ketika berkunjung, di gerbang masuk menuju pantai ada beberapa orang yang mengaku petugas jaga dan meminta bayaran masuk sebesar 5.000 rupiah perorang.
Ketika disodorkan uang sebesar 20.000 rupiah, justru hanya memberikan kembalian 10.000 rupiah, hal ini Teras7.com pertanyakan lagi.
“Tadi saya bilang 10.000,” ujarnya orang yang mengaku penjaga tadi.
Pungutan liar (Pungli) ini juga dialami pengunjung pantai yang lain, Azid (28) warga Pleihari yang berliburan di pantai ini.
“Sama, di gerbang tadi juga ada yang berjaga dan meminta 30.000 karena kami bermobil. Saat saya tanyakan mana karcisnya, ia tidak bisa menjawab dan membiarkan kami lewat tanpa membayar,” kata Azid.
Azid melanjutkan, ini kali pertama ia ke pantai Batakan untuk berlibur setelah sekian lama tidak berkunjung ke pantai ini.
“Biasanya saya ke pantai Cemara atau Asam-Asam. Jujur saja pantai ini kurang kebersihannya, banyak sampah dan terkesan tidak terawat. Jadi kurang peminatnya. Saya sendiri ke sini karena jaraknya yang cukup dekat dari Pleihari.
Ia berharap agar pemerintah memperhatikan keberadaan objek wisata ini, karena pantai ini tidak seperti zaman dahulu yang lebih bersih dan terawat.
“Selain kebersihkan juga harusnya di bangun permainan untuk anak-anak agar pengunjungnya tambah banyak. Pantai ini lebih dekat dari Kota Pleihari, jadi bagusnya dirawat supaya banyak yang datang. Masalah pungli juga harus jadi perhatian pemerintah juga,” tambahnya.
Kepala Desa Batakan, Arsani saat dikonfirmasi mengenai kebersihan pantai dan pungutan liar, Ia membenarkan komentar pengunjung yang datang mengenai hal tersebut.
“Memang dua masalah tersebut menurut kami menjadi alasan kenapa pantai ini menjadi sepi dan kotor dibandingkan zaman dahulu,” ujar Pria yang sudah menjabat sebagai Kepala Desa selama setahun ini.
Ia menerangkan bahwa pembinaan pantai ini berada langsung dibawah Pemerintah Kabupaten Tanah Laut, sehingga pihaknya tidak dapat mengelola pantai ini.
“Pantai ini aset daerah, bukan aset desa. Jadi kami tidak bisa mengelolanya karena langsung dibawah Dinas Pariwisata. Kalau berada di bawah desa bisa kami kelola dengan swadaya masyarakat seperti membersihkan sampah dan sebagainya,” ucapnya.
Karena itu ujarnya, pihaknya hanya berharap agar pemerintah bisa membina pantai ini lebih baik dari sebelumnya dan bisa melibatkan masyarakat sekitar, karena keberadaan wisata pantai Batakan ini juga mempengaruhi ekonomi warganya.
Mengenai masalah pungutan liar yang terjadi, Arsani menjelaskan pungutan liar di depan gerbang masuk sudah terjadi sejak lama dan ia sendiri tidak mampu menghentikan.
“Pungutan liar itu dilakukan oknum warga Batakan. Saya sendiri sudah sering menegur, tapi tidak dihiraukan. Bahkan oknum tersebut sempat ingin diamankan pihak yang berwajib, tapi yang bersangkutan bisa menghindar. Kalau situasi aman, oknum tersebut kembali lagi mengulangi perbuatannya,” ceritanya.
Ia menambahkan, biaya masuk ke pantai Batakan ini sebesar 3.000 rupiah perorang dengan bukti karcis dan uangnya disetorkan langung ke Dinas Pariwisata.
“Jadi kalau ada yang lebih dari 3.000 rupiah itu pungutan liar, apalagi tidak ada karcisnya. Kalau disini ada karcisnya dan ada petugas dari Dinas Pariwisata langsung yang menanganinya. Memang oknum yang melakukan pungutan liar di tempat kami ini sempat berani membikin karcis palsu untuk mengelabui pengunjung,” ungkapnya.
Ia meminta agar Pemerintah Daerah dan pihak berwajib dapat menangani oknum warga Batakan yang melakukan pungli dan merugikan masyarakatnya ini.
“Oknum yang melakukan pungli ini tidak pernah berganti, masyarakat sini memanggilnya Oneng. Semoga pemerintah dan pihak berwajib dapat memberi efek jera pada si oknum agar tidak melakukan pungutan liar lagi,” harapnya.