TERAS7.COM – Kematian ribuan ekor ikan siap panen yang berada di Keramba Jala Apung (KJA) di sepanjang aliran sungai Riam Kanan, Kecamatan Karang Intan langsung direspon oleh Pemerintah.
Petugas Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Banjar yang dipimpin oleh Kabid Perikanan Budidaya, Agus Suprantio melakukan peninjauan langsung ke lapangan.
Berdasarkan akumulasi dari Diskan Kabupaten Banjar, kurang lebih sebanyak 1 ton ikan siap panen di Desa Sungai Asam dan Desa Sungai Alang yang mati.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Diskan Kabupaten Banjar, Riza Dauly saat ditemui awak media di ruang kerjanya pada Senin siang (14/10).
“Tim kami sudah melakukan peninjauan langsung ke lokasi, sebab kematian diduga karena banyaknya bakteri di air disebabkan penurunan kualitas air,” ujarnya
Kadar oksigen di lokasi sambung Riza Dauly hanya 1,4 sementara kadar oksigen untuk budidaya ikan yang baik dan sehat harus diatas 4, selain itu berdampak pada PH air yang asam.
“Kami sendiri sudah melakukan himbauan kepada pembudidaya ikan sebanyak 2 kali agar memanen ikan yang sudah masuk masa panen dan mengurangi penebaran bibit ikan untuk meminimalisir kerugian. Tapi masih saja banyak terjadi karena para pembudidaya masih berspekulasi menunggu harga ikan naik,” jelasnya.
Di keramba sendiri Diskan menemukan KJA dengan tiga tingkat, paling bawah isinya ikan-ikan siap panen, ditengah yang ukuran sedang dan diatas ukuran kecil, masing-masing dibatasi jala sehingga terjadi tak sesuai dengan daya tamping KJA dan menjadi salah satu penyebab banyaknya ikan yang mati.
Jika diakumulasikan, apabila harga ikan 33 ribu rupiah perkilogram, maka kerugian akibat matinya kurang lebih 1 ton ikan ditaksir sekitar 33 juta rupiah.
Debit air sungai Riam Kanan yang berkurang beberapa waktu belakangan karena musim kemarau dan pembatasan debit air buang di Bendungan Riam Kanan juga menjadi salah satu penyebab kematian ribuan ikan ini.
“Pada saat sekarang air yang ada di aliran sungai Riam Kanan dialirkan ke irigasi Riam Kanan dengan fokus untuk pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Kalhutla) yang terjadi,” terang Riza Dauli.
Sementara untuk ribuan ekor ikan yang mati, Kabid Perikanan Budidaya Diskan Banjar, Agus Suprantio menambahkan pihaknya sudah meminta agar petani dapat segera mengangkat ikan yang telah mati.
“Hal ini dilakukan untuk mencegah bakteri berkembang dan menyebabkan kematian ikan di bagian hilir. Ikan yang mati tersebut harus diangkat dan segera kubur, karena baunya menyengat. Kalua jumlah sedikit tak apa-apa dibiarkan dibuang di tanah, tapi kalau jumlah besar akan menimbulkan bau busuk,” ungkapnya.
Kadar oksigen di air sungai pun susah untuk ditingkatkan, tidak semudah di kolam yang dapat dilakukan menggunakan blower, sehingga pembudidaya ikan kata Agus Suprantio telah dianjurkan Diskan Banjar untuk segera memanen ikan siap panen dan mengurangi penebaran bibit ikan untuk menghindari kerugian dalam jumlah besar.
“Karena kemarau yang cukup panjang ini, kita sarankan agar pembudidaya ikan mengikuti saran yang diberikan menunggu hujan alami yang menurut perkiraan BMKG akan terjadi di akhir Oktober atau paling tidak awal November ini,” harapnya.