Ia melanjutkan, dalam menghadapi UNBK, perangkat komputer dan server sudah diupayakan terpenuhi dan perfungsi dengan baik tidak ada kekurangan.
Pihaknya tambah Alam, juga sudah mengkordinasikan dengan pihak PLN untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi matinya aliran listrik pada saat ujian berlangsung.
“Beberapa sekolah di tingkat SMP sudah memiliki komputer di lab sebelumnya, dan awal tahun tadi kita dapat tambahan dari usulan bantuan pusat sebanyak 101 komputer, di tambah usulan tahun 2017 kemarin ada 120 komputer, jadi kurang lebih kita memiliki 600 komputer. Dengan pihak PLN pun kita sudah berkordinasi, walau mereka tidak lagi meminjamkan mesin listrik seperti sebelumnya, namun mereka akan membentuk beberapa tim yang akan membantu proses benjalannya UNBK untuk mengkondisikan situasi,” terangnya.
Dalam sistem rolling shift, Alam menjelaskan, bahwa kelompok siswa akan di putar, tidak semua siswa yang ada pada waktu pagi akan selalu ikut UNBK pagi.
“Namun mereka akan kita putar secara bergantian, sehingga semua siswa peserta UNBK akan mendapatkan waktu yang sama rata pada waktu pagi, siang dan sore.
Selain menjadi tantangan, menurutnya UNBK juga salah satu cara untuk memperkenalkan IT dengan anak-anak sehingga menjadi familiar dalam bidang teknologi modern.
“Selain itu, dengan kita ikut UNBK 100 persen di tingkat SMP sederajat, kita bisa menanamkan nilai integritas yang tinggi kepada para siswa. Seperti kita ketahui di UN manual kertas, walau paket mereka berbeda tapi masih ada ruang peluang untuk mereka bertukar jawaban soal,” pungkasnya. (syd)