TERAS7.COM- Penghasil air tawar kering terbesar, itulah yang diingat orang ketika mendengar nama Desa Jantur, yang terletak di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Tenggarong Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Terletak di anak sungai pedalaman Sungai Mahakam, dengan luas wilayah 25,28 kilometer persegi.
Wilayah Desa Jantur secara geografis merupakan daerah rawa-rawa dan Danau Jantur merupakan pemukiman masyarakatnya yang sepanjang tahun berada pada genangan air.
Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan pengolah ikan asin hasil tangkapan nelayan.
Saat kondisi musim penghujan atau banjir produksi ikan cenderung menurun. Produksi hasil tangkapan ikan berlimpah saat air sedang surut atau musim kemarau.
Hasil tangkapan nelayan berupa ikan sepat, biawan, pepuyuh, toman, harwan/gabus, jelawat, patin bahkan udang dapat memenuhi pasar lokal Tenggarong, Samarinda, Balikpapan, Bontang, bahkan hingga Banjarmasin.
Keseharian masyarakat Desa Jantur memang sebagai nelayan, penduduk Desa Jantur hidup diatas perairan danau yang disebut sebut mereka seluas lautan.
Di danau itulah masyarakat para nelayan ikan pergi untuk menangkap ikan.
Selain jenis ikan yang beragam, alat untuk menangkap ikan pun juga bermacam macam, tergantung dari jenis ikan apa yang ingin ditangkap.
“Di sini ikan selain menjadi makanan masyarakat sehari hari, ikan juga sebagai usaha yang dimiliki sebagian besar masyarakat. Ikan ini setelah kita keringkan akan kita pasarkan hingga ke pulau jawa,” ujar Syahrani salah seorang pedagang ikan tawar kering saat sedang menjamur ikannya dibawah matahari, Senin (18/06).
Syahrani adalah seorang pengepul dari para nelayan yang mencari ikan, dengan mempekerjakan orang untuk membersihkan ikan hasil dari tangkapan hingga mengeringkan ikan dan membungkus ikan dalam kemasan kardus untuk dikirimkan ke pulau jawa.
“Nanti ikan kering ini diambil oleh kapal pengangkut ikan kering untuk dipasarkan ke pulau jawa,” lanjutnya.
Dari Syahrani, harga ikan tawar kering memang bervariasi, tergantung dari jenis ikannya, misal seperti kaindia kering perkilonya seharga 13 ribu rupiah, dan ikan tauman bisa mencapai 25 ribu hingga 50 ribu perkilo.
“Kalau musim kering seperti sekarang ini, harga ikan kita jual lebih murah sebab kalau musim kering ikan mudah ditangkap, tapi kalau musim pasang kita jual lebih mahal sebab susah mendapatkan ikan,” lanjutnya.
Memang, lanjut Syahrani, kalau air sungai sedang pasang, selain sulit mendapatkan ikan juga dipengaruhi faktor cuaca dengan angin kencang yang menimbulkan gelombang air.
“Didanau itu kalau sudah air pasang, angin lagi kencang gelombang bisa mencapai 1 meter, sering sekali nelayan kita yang meninggal akibat perahunya karam,” terangnya.