TERAS7.COM – Kebakaran hutan dan lahan (Kalhutla) tak hanya terjadi di lahan-lahan milik masyarakat, tapi juga membakar lahan milik perusahaan perkebunan yang ada di Kabupaten Banjar.
Salah satunya yang terdampak kalhutla adalah PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XIII Kebun Danau Salak, di beberapa titik lahan perkebunan karet plat merah ini terbakar.
Pejabat Personel Umum dan Humas (PUH) PTPN XIII Kebun Danau Salak, Muhammad Tamrin saat ditemui Teras7.com di ruang kerjanya pada Selasa (1/10) membenarkan adanya kebakaran di beberapa titik di lahan milik PTPN XIII Danau Salak.
“Kita mengakui ada kebakaran di beberapa titik di perkebunan kami, lahan yang terdampak kebakaran lebih luas berada di Kecamatan Astambul. Kebakaran di kebun kami ini sudah kami laporkan ke Kantor Pusat kami di Pontianak, Kalbar karena berdampak pada target produksi karet kami,” ujarnya.
Jika api yang membakar lahan tersebut tidak terlalu tinggi dan tak membakar daun, pohon karet tersebut masih dapat di sadap dan tetap produktif.
“Tapi bila tanaman terbakar hingga daun akan dibiarkan terbengkalai karena tak bisa lagi di sadap. Kami juga tak ada rencana untuk melakukan peremajaan di lahan yang terbakar karena kondisi keuangan yang sedang menurun selama 5 tahun terakhir. Jadi kami lebih fokus pada peningkatan produksi di lahan yang ada,” ungkap Tamrin.
Manajemen PTPN XIII Kebun Danau Salak sendiri memiliki 33 orang satpam untuk menjaga kebun dengan piket api untuk memantau terjadinya Kalhutla dan membangun kerjasama dengan pihak kepolisian untuk menangani kebakaran yang terjadi.
“Kami mengakui kebakaran yang terjadi di lokasi perkebunan tidak mungkin disengaja, tapi kita tak bisa menindak kalau tak ada bukti. Tapi beberapa waktu yang lalu ada laporan dari masyarakat sehingga ada penangkapan pelaku kebakaran di Kebun Danau Salak,” katanya.
Kalhutla yang terjadi di Kebun Danau Salak pun bukan hanya merugikan perusahaan saja, tapi juga membuat karyawan PTPN XIII Danau Salak kewalahan.
“Banyak karyawan kami yang ikut turun tangan menangani kebakaran, termasuk para istrinya yang membantu suaminya untuk memadamkan kebakaran dengan mengambil air menggunakan jirigen. Bahkan mereka jengkel dengan pelaku pembakaran, karena banyak kebakaran terjadi pada jam istirahat di siang hari. Untungnya kami tak kekurangan air untuk melakukan pemadaman karena cukup banyak embung air alami di kebun kami yang tak kering ketika musim kemarau,” jelas Tamrin.