TERAS7.COM – Usai ditandatanganinya nota kesepakatan antara warga RT 03 Jalan Pangeran Abdurrahman Kelurahan Pesayangan dengan Pemkab Banjar, spanduk sindiran yang sudah beberapa waktu terpasang akhirnya dicopot.
Pencopotan yang dilakukan pada Selasa sore (15/2/2022) ini sendiri juga diikuti Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar M. Rofiqi.
Beberapa spanduk tersebut bertulisan “Selamat Datang di Objek Wisata Taman Air Menahun. Sungai Pasayangan Baru” dan “ Hati-hati!!! Banyak Iwak Manyubarang Tiba tiba” hingga spanduk bertulisan “Warga di sini tidak takut covid, kami hanya takut batis balancat” kini tak lagi terpasang.
Ketua RT 03 Kelurahan Pesayangan M. Makki mengungkapkan pihaknya menurunkan spanduk tersebut sesuai dengan nota kesepakatan usai bertemu di DPRD Kabupaten Banjar pada hari yang sama.
“Spanduk ini kita turunkan. Sampai bulan April nanti kita tunggu janjinya untuk memperbaiki sesuai nota kesepakatan,” ujarnya.
Kalau hingga bulan April 2022 mendatang tetap tak ada pengerjaan, pihaknya kata M. Makki pihaknya kemungkinan akan memasang kembali spanduk tersebut.
“Kita lihat saja. Namun kali ini kita ucapkan terima kasih pada semua pihak yang membantu mengabarkan ini sehingga dapat tanggapan dari pemerintah,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama Ketua DPRD Kabupaten Banjar M. Rofiqi mengingatkan agar pengerjaan dapat dilakukan pada bulan April 2022 nanti sesuai kesepakatan.
“Ini adalah win-win solution dimana warga melepas spanduk dan pemerintah paling lambat mengerjakan perbaikan pada April 2022. Lebih cepat lebih baik,” ujarnya.
Karena menurut Rofiqi, genangan di lokasi tersebut sudah terjadi lebih dari 10 hari dan dipastikan air tersebut kotor.
“Kita yang lewat sini setiap hari merasa sangat miris dengan adanya genangan yang sampai saat ini tak bisa tertanggulangi ini,” sambungnya.
Karena sebelumnya kata Rofiqi, pihaknya sempat ingin melakukan perbaikan secara swadaya, tapi penanggulangannya berkaitan dengan pemerintah provinsi.
“Sudah sekitar 5 tahun tak tersentuh, khususnya selama 3 tahun saya duduk di dewan, kondisinya masih seperti ini. Saya yakin seperti ini karena kurangnya perhatian dari pemerintah,” lanjutnya.
Padahal kawasan tersebut menjadi wajah Martapura, dimana tak jauh dari lokasi genangan tersebut ada Pondok Pesantren Darussalam Martapura yang menjadi salah satu icon Kota Serambi Mekkah.
“Masa yang seperti ini tak bisa ditangani. Tapi kita coba dulu kawan-kawan dari PUPRP untuk menangani ini, karena menurut mereka daerah ini adalah salah satu titik terendah di Martapura. Kalau nanti sudah ditangani tapi masih tetap terjadi banjir, kita akan cari solusinya, tak bisa berandai-andai bagaimana saat ini,” ungkap Rofiqi.