Bukan hanya keberadaan kapal ikan Vietnam, pemerintah juga saat ini terbebani dengan sekitar 500 nelayan Vietnam dengan status bermacam-macam yang ditahan di rutan maupun pangkalan AL di Ranai, Natuna, dan di beberapa tempat lainnya.
“Rutan yang makin penuh, keterbatasan anggaran lauk pauk buat tahanan, menyebabkan kelonggaran penjagaan terhadap para ABK. Beberapa di antara mereka telah berbaur dengan warga dan ada yang menjadi pengemis di Natuna,” kata Abdi.
Pejabat KKP dan imigrasi bulan lalu mengatakan lebih dari 500 nelayan Vietnam terdampar di Indonesia dan belum dipulangkan oleh pemerintah negara asalnya sejak dimulainya pandemi COVID-19.
Mereka mengatakan pandemi membuat Vietnam menunda memulangkan mereka karena negara menutup perbatasan demi mencegah penyebaran COVID-19.
Sementara semua awak kapal penangkap ikan yang disita itu ditahan, hanya kapten dan pemimpin kapal yang didakwa, demikian menurut pejabat Indonesia. Pada pertengahan Desember 2020, pihak berwenang Indonesia mengatakan 225 nelayan telah ditahan tahun itu – tetapi 199 di antaranya diizinkan untuk kembali ke Vietnam kapan saja.
Sebelum pandemi, para nelayan dipulangkan dengan pesawat udara dalam beberapa bulan setelah ditahan, kata Ahmad Nursaleh, juru bicara Direktorat Jenderal Imigrasi.
Karena jumlah yang ditahan dan kurangnya penerbangan antar negara, pejabat Indonesia mengharapkan pemerintah Vietnam mengirim kapal untuk menjemput mereka.
Vietnam, negara yang memiliki kapal-kapal yang disita itu, bertanggung jawab atas repatriasi,
Pada Desember 2020, tahanan di Tanjung Pinang mengirim video mereka ke Radio Free Asia (RFA), media yang terafiliasi dengan BenarNews, memperlihatkan kondisi kehidupan mereka yang buruk, termasuk mendapatkan makanan basi. Namun hal itu dibantah pejabat terkait di Indonesia, yang mengatakan mereka diberikan makan yang cukup baik.
Seorang tahanan yang meminta untuk diidentifikasi sebagai Mr. Bien mengatakan bahwa sejumlah pejabat Vietnam telah mengunjungi pusat penahanan itu sebelum Tahun Baru Imlek (Tet) pada Februari 2021) untuk mengumpulkan informasi setelah publikasi video tersebut.
“Sebelum Tet, staf Kedutaan Besar Vietnam datang untuk mewawancarai kami secara langsung. Saya memang meminta mereka untuk membantu kami semua agar kami segera dipulangkan dan bersatu kembali dengan keluarga kami,” katanya kepada RFA.
“Staf Kedutaan mengatakan mereka akan berusaha untuk memfasilitasi secepat mungkin, tetapi sejauh ini, kami belum melihat kemajuan apa pun.”
sumber berita : benarnews.org foto : kkp.go.id